Sabtu, 16 Agustus 2014

Akal Dalam Perspektif Barat dan Islam



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Posisi akal dalam pemahan orang Barat memiliki posisi yang paling tinggi, sehingga hal itu menjadi sumber Ilmu pengetahuan bagi mereka. Akal segalanya bagi mereka sehingga Rene Descrates mengungkapkan Cogito Ergosum aku berfikir maka aku ada. Konsep ini terus meluas sehingga menyebabkan sekularisme dan dari pemahaman ini juga atheis muncul.
Dalam pandangan Islam akal diletakkan pada tempat yang layak, tidak meninggikannya hingga menjadi sesuatu yang dipertuhankan, tetapi juga tidak direndahkan atau dihinakan hingga penyandangnya tak ubahnya seperti hewan. Berkata Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari, Islam telah menunjukkan beberapa fenomena penghormatan terhadap akal; diantaranya dalam menegakkan dakwah kepada iman berdasarkan kepuasan akal.
Dalam hal ini Islam mengarahkan untuk berpikir dan mengamati, perhatikan firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala berikut, yang artinya: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur'an ? Kalau kiranya al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS: An-Nisaa':82)
Islam juga menantang akal manusia agar mendatangkan kitab semisal al-Qur'an. Diharapkan dengan ketidakmampuan akal manusia untuk mendatangkan kitab semisal al-Qur'an, manusia mau mengakui bahwa al-Qur'an benar-benar datang dari sisi Alloh Subhanahu wa Ta'ala. Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya: "Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur'an itu jika mereka orang-orang yang benar." (QS: ath-Thuur:34)Selain itu, akal juga diarahkan untuk memikirkan makhluk-makhluk Alloh (al-Qur'an Surah Ali Imran: 191; ar-Ruum: 8), untuk memikirkan syari'at Alloh Subhanahu wa Ta'ala (al-Baqarah: 179, 184 dan al-Jumu'ah: 9), untuk mengamati umat-umat terdahulu dan mengapa mereka durhaka (al-An'am: 6,11) dan juga diarahkan agar akal manusia mau memikirkan kejadian-kejadian alam dan kehidupan sekitarnya (al-Kahfi : 45)Allah 'Azza wa Jalla berfirman, yang artinya: "Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang berada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Rabb-nya" (QS: ar-Ruum: 8)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka peneliti memformulasikan melalui pertanyaan didibawah ini:
a.             Bagaimana konsep Akal dalam Perspektif Barat dan Islam?
b.            Bagaimana peranannya dalam membangun hubungan keperibadian
manusia dengan Tuhan?
1.3  Maksud dan Tujuan
a.      Maksud
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mendapatkan data-data tertulis yang sesuai dengan rumusan masalah diatas. Juga mengetahui dan menganalis bagaimana orang barat menkonsepkan serta memposisikan akalnya dalam kehidupan.
b.      Tujuan
Untuk mengetahui lebih jauh tentang akal serta mengetahui dampak dari penggunaan atau proses berfikir akal dari setiap masing-masing presepsi




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Akal Dalam Perspektif Barat
2.1.1        Akal dalam Sejarah Yunani dan Perkembangannya
Berbicara akal dalam perspektif Barat tidak lah lepas dari berbicara filsafat. Karena filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan fikiran atau rasio[1]. Ilmu filsafat menurut sejarah muncul pada tahun 650 SM di Athena dan orang yang dianggap pertama dalam berfilsafat adalah Thales dan pada saat itu ajaran nabi Nuh as belum sampai ke kepada mereka. Di Yunani pada saat itu masyarakat menggantungkan hidupnya kepada mitos-mitos sebagai contoh adalah bahwa bumi terletak di ujung tanduk kerbau besar bial binatang itu bergerak maka bumi berguncang, saat itulah terjadi gempa. Manusia dibumi haruslah berteriak untuk menyatakan bahwa mereka masih hidup, lantas gempa itu berhenti[2]. Lama kelamaan orang-orang yunani yang tinggal di Athena mulai menanyakan tentang kebenaran mitos-mitos yang selama ini menjadi tolak ukur kehidupan mereka. Dari sikap skeptis  tersebut terhadap realita menjadi sebab timbulnya filsafat di Yunani. Dari sinilah peranan akal dalam mencari hakikat kebenaran menjadi alat untuk berfikir manusia.
Pemikiran orang Yunani sebagai emberio filsafat Barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya. Namun proses perkembangan para filosof mendapat tantangan yang sangat besar pada abad pertengahan karena pada abad tersebut muncul perkembangan teologi kristiani yang di bawa oleh Patristik. Para pemikir kristiani menolak dengan apa yang diajarkan oleh para filosof tentang kebenaran, karena menurut orang kristiani hal itu hanya kecerdikan manusiawi belaka yang merupakan sifat berlebihan saja bahkan mengancam kemurnian iman kristiani. Setelah dikeluarkannya pernyataan oleh Kaisar Costatinus Agung pada tahun 313 yang terkenal dengn pernyataan “edik Milano” dimana kebebasan beragama untuk semua orang keristen terjamin. Setelah itu agama keristen berkembang dengan pesat dalam semua propinsi Kekaisaran Romawi. Zaman ini disebut zaman keemasan Patristik. Pada zaman tersebut ajaran keristen sangat mendimonasi.
Pada saat itu gejala masyarakat untuk melepaskan diri dari kungkungan dogmatisme Gereja sudah mulai tampak di Eropa. Abad pertengahan manusia tidak bisa berekspresi secara bebas, manusia dininakbobokkan lebih kurang 1000 tahun lamanya. Pada abad ke 14 dan 15 terutama di Italia muncul keinginan yang kuat, sehingga memunculkan penemuan-penemuan baru dalam bidang seni dan sastra, dari penemuan tersebut sudah memperlihatkan suatu perkembangan baru. Manusia berani berpikir secara baru, antara lain mengenai dirinya sendiri, manusia menganggap dirinya sendiri tidak lagi sebagai viator mundi, yaitu orang yang berziarah di dunia ini, melainkan sebagai faber mundi, yaitu orang yang menciptakan dunianya.
Pada saat itu manusia mulai dianggap sebagai pusat kenyataan, hal itu terlihat secara nyata dalam karya-karya seperti
a)      Seniman seperti Donatello, Botticelli, Michelangelo (1475-1564), Raphael (1483-1520, Perugino (1446-1526, dan Leonardo da Vinci (1452-1592).
b)      Dalam bidang penjelajahan terlihat beberapa nama besar seperti Cristopher Colombus (1451-1506) dan Ferdinand Magellan (1480-1521).
c)      Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan terdapat beberapa tokoh hebat antara lain Nicolaus Copernicus (1478-1543), Andreas Vasalius (1514-1564), Galileo Galilei (1546-1642),  Johannes Kepler (1571-1642), dan Francis Bacon (1561-1632).
Memasuki  abad ke 17 abad ini sebagai penentu dalam dunia  perkembangan filsafat.  Rene Descrates yang dijuluki Bapak filsafat Modern menyusun system filsafat yang dikenal dengan berfikir rasional. Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Rasionalisme pada dasarnya ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan filsafat, dalam agama rasionalisme adalah lawan autoritas. Sementara dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme. Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, rasionalisme dalam filsafat berguna sebagai teori pengetahuan. Sejarah rasionalisme pada esensialnya sudah ada sejak Thales ketika merumuskan filsafatnya, kemudian pada kaum sofis dalam melawan filsafat Socrates, Plato dan Aristoteles, dan beberapa filsuf sesudahnya. Dalam abad modern tokoh utama rasionalisme adalah Rene Descartes,
Paham yang berlawanan dengan rasionalisme adalah empirisme. aliran ini lebih menekankan peranan pengalaman dan mengecilkan peran akal dalam memperoleh pengetahuan. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan dari rasionalisme. Dalam menguatkkan doktrinya, empisme mengembangkan dua teori, yaitu teori tentang makna yang begitu tampak pada pemikiran J. Locke  dalam buku An Essay concerning human understanding ketika ia menentang innate idea (ide bawaan) rasionalisme Descartes yang kemudian dipertegas oleh D. Hume dalam bukunya Treatise of human nature dengan cara membedakan antara idea dan kesan (impression).
Pada abad 20 kaum empirisis cendrung menggunakan teori makna mereka pada penentuan apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak. Filsafat empirisme tentang teori makna berdekatan dengan positivisme logis. Oleh karena itu, bagi penganut empirisis jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat diindera, dan hubungan kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama. Teori kedua yaitu teori pengetahuan, menurut pengikut rasionalisme ada bbeberapa kebenaran umum seperti setiap kejadian mempunyai sebab, seperti dasar-dasar matematika, dan beberapa prinsip dasar etika yang dikenal dengan istilah kebenaran apriori yang diperoleh lewat institusi rasional. Empirisme menolak pendapat seperti itu, mereka menganggap bahwa kebenaran hanya aposteriori yaitu pengetahuan melalui observasi. Tokoh empirisme yang eksis mengembangkan teori ini J. Locke, D. Hume dan H. Spencer.
Paham rasionalisme dan emperisme saling berlawnan keduanya sama-sama mepertahankan kebenaran, padahal keduanya juga memiliki titik kelemahan. Peran Immanual Kant diantara keduanya untuk mendamaikan kedua aliran tersebut. Menurut Kant bahwa pengetahuan merupakan hasil kerja sama dua unsur yaitu ‘pengalaman inderawi’ dan ‘keaktifan akal budi’. Pengalaman inderawi merupakan unsur aposteriori (yang datang kemudian), akal budi merupakan unsur apriori (yang datang lebih dulu). Empirisme dan rasionalisme hanya mementingkan satu dari dua unsur ini. Kant telah memperlihatkan bahwa pengetahuan selalu merupakan sebuah sintesis.
Penggunaan akal oleh kaum rasionalis sangatlah menjadi acuan pertama dalam meraih kebenaran. Hal ini menunjukan keberadaan akal untuk kaum rasionalis sangatlah penting. Namun untuk empiris akal memiliki fungsi yang minim namun mereka tidak juga menapikan akan keikut sertaan akal dalam menentukan kebenaran. Dari beberapa uraian diatas menunjukan bahwa orang Barat memiliki anggapan bahwa proses berfikir muncul pada abad ke 6 SM.



2.2  Peran Akal Dalam Perspektif Barat Hubunganya Dengan Tuhan
Konsep Akal dalam pandang Rene Descrates yang terkenal adalah ungkapan Cogito ergosum (aku berfikir maka aku ada) ternyata membawa manusia terhadap pemikiran bahwa Akal di atas segalanya. Penekanan bahwa akal atau rasio sebgai sumber ilmu juga dilakukan oleh para filusuf lainya seperti Thomas Hobbes (m. 1679), Benedic Spinoza (m.1677) John Locke (m. 1704) dll.
Pada zaman modern Filsafat Immanuel Kant sangat berpengaruh, menurut Kant bahwa pengetahuan adalah mungkin namun metafisika tidak, karena tidak bersandar pada panca indra sehingga tidak bisa dibuktikan secara empirik.
Dari perkembangan ilmu filsafat Barat Modern-sekuler juga melahirkan paham ateisme. Yang menjadi pelopor nya adalah Leudwig Feurbach (1804-1872) murid dari Hegel. Dia sebetelunya ahli teolog. Filsafat Hegel banyak terpengaruh oleh pemikiran Kant, Bagi Hegel pengetahun adalah ongoing proses artinya dimana yang diketahui dan aku yang mengetahui terus berkemabang tahap yang sudah tercapai disangkal atau di negasi oleh tahap baru. Leudwig Feurbach berpendapat bahwa filsafat paling tinggi adalah Manusia sekalipun agama dan teolog menyangkal, namun pada hakikatnya Agamalh yang menyembah manusia (religion that worship man), karena dalam konsep teolog kristiani bahwa tuhan adalah manusia dan manusia adalah tuhan (Go is Man and Man is God ) jadi agama akan menafikan Tuhan yang bukan manusia[3].
Paham ini terus berkembang dan berkembang, sehingga penulis berasumsi bahwa orientasi dari penggunaan Akal yang begitu hebat yang dilakukan oleh orang barat berujung kepada sekulerisme dan melahirkan Atheisme.
2.3  Akal Dalam Perspektif Islam
2.3.1        Defenisi Akal Secara Etimologi (Bahasa)
Kata akal berasal dari kata dalam bahasa Arab, al-‘aql. Kata al-‘aql adalah mashdar dari kata ‘aqola – ya’qilu – ‘aqlan yang maknanya adalah “ fahima wa tadabbaro “ yang artinya “paham (tahu, mengerti) dan memikirkan (menimbang) “. Maka al-‘aql, sebagai mashdarnya, maknanya adalah “ kemampuan memahami dan memikirkan sesuatu “. Sesuatu itu bisa ungkapan, penjelasan, fenomena, dan lain-lain,  semua yang ditangkap oleh panca indra. Letak akal Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46.
Artinya: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan Itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.
Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabad
2.3.2        Defenisi Akal Secara Terminologi (Istilah)
Akal adalah lawan dari jahl (kebodohan atau kejahilan). Keduanya berlawanan dalam segala tahapnya: ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya. Meski kejahilan mempunyaisemacam eksistensi subyektif dan refleksif, tapi ia tidak memberi efek-efek obyektif dan aktual. Seperti halnya eksistensi warna dalam cahaya. Pada hakikatnya, warna tidak memiliki eksistensi obyektif di alam cahaya. Secara istilah, akal digunakan untuk menunjukkan salah satu definisi berikut ini:
o   Kemampuan untuk mengetahui sesuatu.
o   Kemampuan memilah-milah antara kebaikan dan keburukan yang niscaya juga dapat digunakan untuk mengetahui hal-ihwal yang mengakibatkannya dan sarana-sarana yang dapat mencegah terjadinya masing-masing dari keduanya.
o   Kemampuan dan keadaan (halah) dalam jiwa manusia yang mengajak kepada kebaikan dan keuntungan dan menjauhi kejelekan dan kerugian.
o   Kemampuan yang bisa mengatur perkara-perkara kehidupan manusia. Jika ia sejalan dengan budi. Namun, manakala ia menjadi sesuatu yang mbalelo dan menentang syariat, maka ia disebut nakra` atau syaithanah.
o   Akal juga dapat dipakai untuk menyebut tingkat kesiapan dan potensialitas jiwa dalam menerima konsep-konsep universal. An-nafs an-nathiqah (jiwa rasional yang dipergunakan untuk menalar) yang membedakan manusia dari binatang lainnya.
o   Dalam bahasa filsafat, akal merujuk kepada substansi azali yang tidak bersentuhan dengan alam material, baik secara esensial (dzaty) maupun aktual (fi’ly).
Jadi akal adalah mahluk yang mengarahkan jiwa dan membuatnya memilih beberapa alternative serta memberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang hal mana yang haram[4].
2.4  Kosep Akal Dalam Pandangan Al-Quran
Menurut tinjauan Al Qur’an akal adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan anugerah Allah SWT. dengannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang digunakan untuk mencari serta menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti, pembeda antara yang haq dan yang bathil. asal saja persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan. Untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan dalil-dalil dari Al Qur’an sebagai bukti dari ucapan di atas :
a.        Al Qur’an mengajak manusia untuk berfikir sebagaimana disebutan di dalam surat Al Anfal ayat 22 dan surat Yunus ayat 100, yang artinya : ” Sesungguhnya binatang (Makhluq) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli”(Surat Al Anfal :22), kemudian ” Dan tidak seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah melimpahkan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (Yunus : 100),
b.       Mengambil manfaat atau kesimpulan sebab akibat (kausalitas) yang mana hukum sebab akibat itu harus didasari dengan pemikiran, lihat surat Ar Ra’d :11 artinya : “Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di Muka dan belakangnya mereka menjaganya atas perintah Allah sesungguhnya Allah tak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung dari mereka selain Dia” (Ar Ra’d : 11)
c.        Al Qur’an mengajak kaum muslimin untuk mempelajari sejarah ummat-ummat terdahulu dan mengambil suatu pelajaran darinya serta merenungkan nasib yang menimpa mereka. Hal ini menunjukan pengertian yang jelas bahwa nasib yang menimpa mereka itu mempunyai hukum sebab akibat dan tidak terjadi secara kebetulan. Kalau tidak demikian maka perintah Allah itu tidak tidak ada manfaatnya. Artinya : “Sudah berapa banyak kota yang Kami binasakan, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan berapa banyak pula sumur yang telah ditinggalkannya dan istana yang tinggi ” (surat Al Hajj: 45), artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat memahami atau dapat mendengar ? Karena dengan sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu adalah hati yang di dalamnya dada” ( Surat 22: 46)
d.       Falsafah dan penjelasan hukum-hukum berdasarkan pemikiran yang banyak terdapat di dalam Al Qur’an menunjukkan bahwa akal itu adal;ah Hujjah, lihat surat Al Ankabut ayat : 45 dan surat Al Baqoroh ayat 183 yang artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab dan dirikanlah Sholat, sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( 29:45). Artinya: ” Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (2:183)
e.        Ada lima Faktor yang disebutkan Al Qur’an yang dapat mengahambat kesalahan kerja akal dalam menjalankan fungsinya antara lain :
·         Lebih mengutamakan Dhon (dugaan) daripada hal-hal yang pasti lihat surat Al An’am ayat 116 yang artinya : “Dan jika menuruti orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka, dan mereka hanyalah berdusta (terhadap Allah)” Kemudian lihat surat 17 ayat 36 yang artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya “.
·         Mengikuti jejak nenek moyang, lalu menerima segala yang klasik tanpa disertai pembuktian. Lihat surat Al Baqoroh :170 yang artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka : Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab : (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapat dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun. Dan tidak dapat petunjuk ?” jika apa yang dianut dan yang diyakini nenek moyang dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pembuktian-pembuktian secara rasional yang wajar, maka Al Qur’an akan membenarkan hal itu dapat dilihat pada surat Yusuf ayat 38 yang artinya : ” Dan aku mengikuti agama-agama Bapakku Ibrohim, Ishak, Ya’kub tiadalah patut bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah karunia Allah kepada kami Manusia (seluruhnya) tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukuri-Nya.”
·         Mengikuti dorongan hawa nafsu lihat surat An-Najm : 23 yang artinya adalah :”Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya; Alah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk menyembahNya. Mereka hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. Dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka” (A-Najm : 23) lihat juga surat Al An’am :119, surat Muhammad Ayat : 14,16. Suarat Rum :29 dan surat Al Qosshos : 50.
·         Terpengaruh figur-figur tertentu tanpa pembuktian status figur itu apakah dia pantas dipanuti (ditaati) atau tidak Lihat surat Al Ahzab : 67 artinya : ” Dan mereka berkata : Ya Tuhan kami sesnguhnya kami telah mentaati pemimpin-peimpin dan pembesar-pembesarkami lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)”
·         Tergesa-gesa dalam membenarkan atau mengingkari sesuatu tanpa dibuktikan terlebih dahulu, termasuk suatu hal yang tidak tidak dibenarkan oleh Islam. Surat Al A’af : 169 yang artinya : “…yaitu baqhwa mereka tidak akan menagatakan terhadap Allah kecuali yang benar….Maksudnya : janganlah menyimpulkan bahwa sesuatu itu benar dari Allah padahal belum dibuktikan kebenarannya”. Tergesa-gesa dalam mengingkari sesuatu, lihat surat Yunus :39 artinya :” Yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya, demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (Rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu”.


2.5  Kosep Akal Dalam Pandangan Para Ulama
Para teolog Islam mengartikan akal sebagai daya untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Abu Huzail akal adalah “daya untuk memperoleh pengetahuan, dan yang membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dan benda lain. Akal juga mampu membuat abstraksi benda-benda yang ditangkap panca indera”. Pengertian yang jelas tentang akal, terdapat dalam pendapat-pendapat para filosof muslim. Pemikiran mereka juga banyak dipengaruhi oleh pemikiran para filosof Yunani. Akal dalam pendapat mereka merupakan salah satu daya dari jiwa yang terdapat dalam diri manusia. Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui.
ü  Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.”
ü  Menurut Syaikh Al Albani:
“Akal menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dari mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari ke kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan pemahaman salaf.”
ü  Menurut Al Imam Abul Qosim Al Ashbahany:
“Akal ada dua macam yaitu : Thabi’I dan diusahakan. Yang thabi’I adalah yang datang bersamaan dengan yang kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bilangsenang, dan menangis bila tidak senang.
Kemudian seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya hingga usia 40 tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu berkurang akalnya sampai ada yang menjadi pikun. Tambahan ini adlah akal yang diusahakan.
Adapun ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas akhir umur manusia, maka seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu selama masih bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah sampai puncaknya.[5]
2.6  Pembagian Akal Menurut Para Ulama
Secara umum para Ulama membagi akal kedalam 4 (empat) bagian yaitu diantaranya adalah sebgai berikut:
1.      Tehapan Akal-Potensi ('aqlun bi al-quwwah atau 'aqlun hayuulaniyyun): Yaitu tahapan dimana akal manusia blm bisa memahami apapun seperti yg ada pada anak bayi.
2.      Tahapan Akal-Dimiliki ('aqlun bi al-malakah): Yaitu dimana akal sudah bisa mengerti hal-hal yang bersifat gamblang atau mudah, seperti ilmu-ilmu panca indra.
3.      Tahapan Akal-De fakto atau Aktual ('aqlun di al-fi'il): Yaitu manakala akal sudah bisa mengerti hal-hal bersifat sulit atau yang perlu proses pikir dimana berfikir adalah gerak akal dari yang diketahui menuju ke yang tdk diketahuinya. Yaitu ketika menemukan masalah yg tdk bisa dimengertinya, maka ia berfikir, yaitu dengan cara mencari data-data yg akurat di memori akalnya dan membanding-bandingkannya atau merangkainya atau mengurainya dst sampai bisa menemukan jawaban terhadap yang tidak diketahuinya itu. Inilah yg disebut pikir, yaitu gerak akal dari yg diketahuinya menuju ke yang tidak diketahuinya. ketika akal manusia sudah mencapai derajat ini, maka ia disebut dengan akal-aktual tsb.
4.      Tahapan Akal-Berguna (mustafaad atau usable): Yaitu mnakala akal sudah mencapai derajat dimana ia sudah mampu mengumpulkan semua data ilmu-ilmu mudah dan pikirnya yang sesuai dengan kenyataannya, baik sesuai dengan kenyataan obyeknya yg dikenal dengan alam bawah (materi) dan baik sesuai dg alam atas yg disebut induk ilmu (seperti kitab pengetahuan qadha dan qadr dan kitab ilmu lauhu al-mahfuuzh), dan menghadirkannya secara menyeluruh dan memperhatikannya yang juga secara menyeluruh hingga ia menjadi akal yg tahu terhadap obyek-objeknya yang senyatanya.




2.7  Hakikat dan Peran Akal Hubungannya Dengan Tuhan
Didalam Al-Qur’an Allah berfirman:
Sesungguhnya kami telah mengemukakan kepada langit , bumi dan gunung-gunung maka semuanya enggan untuk memikil amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh.(Q.s Al-Zab ; 72)
Menurut ahmad syauqi bahwa ayat ini merupakan hakikat dari pendelegasian akal kepada manusia. Belaiau berpendapat bahwa amanat yang tertera pada Q.s al-Ahzab itu adalah berupa kepemilikan akal; unsur yangberkaitan erat dengan jati diri manusia lainya (jiwa dan Roh) tanpa terpisahkan. Jadi amanat itu segala sesuatu yang di bebankan kepada akal.
Mujahid menuturkan:
Ketika Allah menciptakan nabi Adam as. Allah telah menawarkan amanat itu kepada langit, bumi, gunung dan semua mahluk yang ada di langit dan yang ada dibumi tapi tidak ada diantara mereka yang menyaggupinya. Lantas allah bertanya kepada Nabi Adam as. Apakah kamu bisa menerima amanat ini?
Wahai tuhanku apakah amanat itu? Tutur nabi Adam as.
Allah Menjawab” jika kamu berbuat baik, akau akan memberimu pahala dan jika berbuat buruk maka aku bakan menghukumu”
Nabi adam as berkata, “ aku menerimanya’ wahai tuhanku”.
Diriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,
Amanat itu adalah kewajiban-kewajiban yang telah ditawarkan oleh Allah kepada langit, gunung dan semua mahluk yang ada di langit dan yang ada dibumi jika kamu berbuat baik, akau akan memberimu pahala dan jika berbuat buruk maka aku bakan menghukumu, mereka semua memikirkan pewaran tersebut lalu akhirnya menolaknya. Kemudian amanat itu ditawarkan kepada manusia dan dia menerimanya.
Dari pernyataan tersebut di bisa di ketahui bahwa pahala dan dosa hanya diberikan kepada orang yang diberikan oleh Allah kemampuan memilih dan membedakan antara yang benar dan yang salah dan aktifitas tersebut merupakan bagian dari fungsi akal.  Keberadaan akal dalam diri Muslim sangatlah penting dalam menunjang kehidupan dunia dan akhirat sehingga Rasulullah SAW bersabda,
“segala sesuatu memiliki alat dan perangkat;alat dan perangkat orang munngkin adalah akal, segala sesuatu memiliki tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala sesuatu meiliki tujuan tujuan ibadah adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala para ahli ibadah adalah akal. Setiap puing reruntuhan pasti ada pembangunannya pembangunan akhirat adalah akal. Dan setiap perjalan jauh ada tempat untuk berteduh tempat berteduh orang muslim adalah akal”.
Imam Abu Ja’far Muhammad Al-Baqir berkata, "Ketika Allah menciptakan akal, Dia mengajaknya berbicara. Allah berkata, ‘Menghadaplah (kepada-Ku)!’ Maka, akalpun segera menghadap. Kemudian Allah berfirman kepadanya, Demi kebesaran dan kemuliaan-Ku, tiada makhluk yang lebih Aku cintai daripada kamu. Dan tidak Aku sempurnakan kamu melainkan pada orang-orang yang Aku cintai. Kepadamulah Aku menyuruh, melarang, menyiksa, dan memberi pahala.’"
Berdasarkan keterangan di atas bahwa kedudukan akal dalam kepribadian seorang muslim sangat multifungsi dalam kehidupan ini karena keberadaan akal adalah bagian untuk menghantarkan dirinya menuju sang Khalik dengan Husnul Khatimah. Dan akal juga termasuk mahluk yang dicintai Allah, oleh karena itu manusia dalam menggunakan akal nya harus sesuai dengan petunjuk yang Allah berikan.Namun Allah SWT tidak membiarkan akal sendirian tanpa petunjuk yang lurus maka dia Allah SWT menurunkan Al-quran sebgai cahaya dan petunjuk serta mengutus Rasulullah s.a.w sebagai guru umat manusia sebagaimana firmannya:
Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (Q.S Albaqarah: 151)
Peranan akal menjadi titik sentral dalam keperibadian muslim karena akalah penyebab taklif dalam kehidupan manusia di dunia. Dalam hal ini akal berfungsi mengarahkan jiwa manusia.
Imam ahmad meriwayatkan dalam musnad bahwa Nabi s.a.w memohon kepada Allah SWT dengan doanya,
Artinya;
“Ya allah aku memohon kepadamu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kekayaan”
Petunjuk merupakan fondasi bagi akal yang sehat. Dan akal yang sehat itu adalh kebutuhan pokok yang paling penting bagi manusia. Petunjuk itu mengarahkan manusia untuk mengenal Tuhannya, beribadah dan bertakwa kepada-Nya. Bila seseorang sudah bertakwa kepada Allah maka dia akan suci dari segala hal yang dapat mengotori agama dan kemuliaannya. Apabila ketiga hal tersebut sudah dimiliki maka manusia akan jadi kaya yaitu kaya jiwa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akal dalam pandangan orang Barat memiliki kedudukan yang paling tinggi dalam kehidupan. Benar dan salahnya suatu realitas digantungkan terhadap akal mereka. Dampak atau effek dari akal sebagai bagian dari segalanya menyebabkan mereka jauh dari mengenal Tuhannya, semakin memuja akal semakin Jauh dari Tuhan. Akal dalam pandangan Islam adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan anugerah Allah SWT. dengannya manusia dibedakan dari mahluk lain. Akal juga merupakan alat yang digunakan untuk mencari serta menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti, pembeda antara yang haq dan yang bathil.semakin orang menggunakan akal nya maka akan semakin dekat dengan Tuhannya.
Akal memiliki peran yang sangat besar dalam ajaran Islam sebagaimana Hadist Rasulullah SAW. Bersabada “segala sesuatu memiliki alat dan perangkat;alat dan perangkat orang munngkin adalah akal, segala sesuatu memiliki tunggangan tunggangan manusia adalah akal. Segala sesuatu meiliki tujuan tujuan ibadah adalah akal. Setiap kaum memiliki gembala gembala para ahli ibadah adalah akal. Setiap puing reruntuhan pasti ada pembangunannya pembangunan akhirat adalah akal. Dan setiap perjalan jauh ada tempat untuk berteduh tempat berteduh orang muslim adalah akal”. Jelas bahwa akal bisa menjadi alat yang efektif dalam Taqarub kepada Allah SWT.
3.2 Rekomendasi
Dalam upaya untuk memperkaya Khazanah keIslaman maka penulis merekomendasikan agar Makalah ini untuk disempurnakan. Karena masih banyak sumber yang menerangkan akal dan belum terkaji. Hal ini guna mengingatkan kepada semua umat bahwa keberdaan akal dalam peribadi muslim dapat menjadi medium dalam bertaqarub keda Allah SWT








DAFTAR PUSTAKA
Syauqi, Ahmad I.2012.Misteri Potensi Gaib Manusia.Qisthi Press, Jakarta
Bagir, Haidar.2005. Buku Saku Filsafat Islam.Arasy Mizan, Bandung
Khasan, Mahfud.1998.Kamus Pupoler.Bintang Pelajar, ttd
Tafsir, Ahmad.2012.Jalan Menuju Langit.Simbiosa, Bandung
Bertens, K.1975.Ringkasan Sejarah Filsafat.Kanisius,Yogyakarta
Fautanu, Idzam.2012.Filsafat Ilmu.Feperense, Jakarta
Husaeni, Ardian.2013.Filsafat Ilmu.Gema Insani,jakarta
Qomarulhadi.1981.Membangun Insan Seutuhya.Ossfet cet-I, ttd
Mulla Shadra, Syarh Ushul al-Kafi, Kitab Al-‘Aql wa Al-Jahl, hadis pertama. Mussase-Muthala’at WA tahqiqat-e farhangge. Allamah Thabathaba`i, al-Mizan, tafsir ayat 130 surah al-Baqarah.
Muhaqqiq Lahiji, Syarh Gulsyan-e Raz.ttd.
Syaikh Qusyairi, Rasail Qusyayriyyah, Ttd.
Kasyani, Ishthilahat ash-Shufiyyah, terbitan Bidr
http. akal dalam pandangan al quran.com tgl.12 Juni hari kamis pukul 09.00






[1] Idzam Fautanu, Filsafat Ilmu…,hlm. 17
[2] Ahmad tafsir, Berjalan Menuju langit…,6
[3] Ardian Husaeni, Filsafat Ilmu Pespektif Barat dan Islam…,hlm 9
[4] Ahmad syauqi Ibrahim,Misteri Potensi Ghaib Manusia….hlm.250
[5] http. akal dalam pandangan al quran.com tgl.12 Juni hari kamis pukul 09.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar