Rabu, 14 Desember 2011

kumpulan Puisi emperan


Menanti Jawaban

Delima hidupku tumbuh secara
Perlahan
Saat engkau hadir dalam hidupku
Meski aku tau engkau datang
Tanpa perasaan

Iblis manakah yang telah
Meracuni hidupku
Sesampai ku tak menemukan
Penawar kegelisahanku

Aku mulai benci dengan ketololan
Hati ini
Yang selalu bermimpi walau itu
Tak mungkin kudapatkan
Yang ada hanya kerisauan dan
Ketakutan
Yang tak kunjung temukan sebuah
jawaban


Rian Hidayat




Menantimu

Jauh sudah engkau pergi
Menyimpan selaksa peristiwa
Memenjarakan aku dalam sepi
Mengubur semua cerita kita

Sekarang aku merasa
Sekarang aku terluka
Tanpamu aku tak berdaya

Datanglah!
Kemarilah!
Basuh lukaku
Usap air mataku
Dengan cinta dan kasihmu

Rian Hidayat


Sesal

Baru kusadari
Kejanggalan jiwa tentang dirimu
Baru kurasakan
Sepinya hidupku tanpa dirimu
Namun apalah arti
Jika waktu telah cepat berlalu
Membawamu pergi
Untuk takan kembali

Bodohnya diriku
Tak menyentuh rasamu
Kasih dan sayang mu
Kini mengalir dalam darahku

Rian Hidayat
 
 
Negriku

Ini negriku
Negri yang bersih
Kebohongan, kelalaian, kerakusan hanyalah
Sebagian bangkai manusia yang
Tak berakal
Negriku alergi di buatnya
Aku yang terkurung usia
Berkaki roda
Sedih..
Benci..
Aku geregat untuk mencakarnya
Sebagian pendekarku
Terjatuh pada lubang yang berbangkai
Keji..
Hina..
Mereka turut menggrogotinya
Serta mengagungkanya
Kemanakah aku harus mengadu
Begitu sempit dunia ini dari
kebenaran
Bangunlah
Bangunlah anaku rubah negri ini
Rubah..dan
Hiasi
Dengan akhlaq mulia

Rian Hidayat




Di bawah lampu ibu kota

Deru mesin-mesin menghibur kesendirianku
Membawa memapahku dalam khayalan
Terundang kudibuatnya
Menaklukan rona kehidupan

Pijakan kaki tanpa alas
Membuatku akrab dengan jalanan
Berlomba
Mencari
Menangkap patamorgana dunia
Sisa mereka yang punya

Lengan tangan jadi bantal guling
Dalam membuang lelahku

Kabut jalan jadi selimut hangat tidurku
Lampu ibu kota jadi penerang malamku
Uang recehan jadi
ganjalan perutku
Tapi….inilah hidupku

Rian Hidayat

 


Menjelang Kematian

Terbaring kudibalai bambu
Burung hitam bernyannyi
di sekelilingku
takut, risau bersemayam di dadaku
saat nanti aku bertemu

entah amal apa yang bisa
kubanggakan
entah ibadah apa yang bisa
ku tangguhkan
sedang jiwa penuh dengan
lumur kesalahan

aku tak kuasa untuk menahan
saat detik perpisahan akan tiba
harta
keluarga
jabatan
tak dapat mengalahkan
hanya perbuatan yang akan
bertahan
tuhan tolong aku
jangan engkau satukan aku
dengan yang engkau
benci


Rian Hidayat



2 komentar: